MENGIMANI QADA DAN QADAR
Qada menurut istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh
Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali.
Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah
terjadi.
Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu
takdir mubram dan takdir muallaq.
1. Takdir
Mubram
Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan
Allah yang tidak dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun.
Contoh-contoh takdir mubram antara lain sebagai berikut.
Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau
seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung.
2. Takdir Muallaq
Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat
diubah melalui usaha manusia. Setiap hamba
diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan
dirinya menjadi lebih baik.
Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal
Takdir sebagaimana telah dijelaskan adalah
takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah
tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya.
Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang
atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana
makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya.
Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya
dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa
Arab, ikhtiar berarti 'memilih'. Dua pengertian yang berbeda itu tetap
mempunyai hubungan yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani,
menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.
Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan
menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti
`mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau
tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya
memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah
swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan
apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti
ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.